PESSEL, METRO–Bentrok antara nelayan pukat harimau mini (mini trawl) dan nelayan tradisional pecah di perairan dekat pintu muara Nagari Muara Kandis Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Pesisir Selatan, Jumat (21/11) pagi. Satu nelayan tradisional mengalami luka akibat terkena lemparan kaca.
Wali Nagari Muara Kandis Punggasan, Helkamsi, mengatakan insiden terjadi sekitar pukul 07.00 WIB ketika para nelayan tradisional melihat kapal pukat harimau mini beroperasi hanya sekitar 100 meter dari muara. Sebanyak sepuluh nelayan menaiki satu kapal untuk mendekati dan menegur kapal tersebut.
“Saat kedua kapal berdekatan, tiba-tiba pemimpin kapal pukat harimau mini mengangkat parang. Kami tidak tahu apakah untuk memutus pukat atau sebagai ancaman. Nelayan kami spontan mengambil benda apa pun di kapal untuk membela diri,” ujar Helkamsi. Akibat bentrok itu, seorang nelayan bernama Deri (24) terluka pada tangan setelah terkena lemparan kaca dan harus mendapatkan enam jahitan.
Bentrok mereda ketika lima nelayan pukat harimau mini memutuskan pukat mereka dan pergi meninggalkan lokasi. Para nelayan tradisional kemudian membawa jaring tersebut ke pantai dan membakarnya sebagai bentuk protes.
Sekitar pukul 08.00 WIB, para nelayan melaporkan kejadian tersebut kepada wali nagari. Karena insiden itu mengakibatkan korban luka, mereka diminta untuk membuat laporan resmi ke Polsek Linggo Sari Baganti.
Helkamsi menjelaskan bahwa ketegangan sudah memuncak sejak lama. Ada tiga alasan utama yang memicu kemarahan nelayan tradisional. Pertama, telah ada kesepakatan turun-temurun bahwa nelayan tidak melaut pada hari Jumat, namun kapal pukat harimau mini melanggar kesepakatan tersebut. Kedua, pekan lalu nelayan tradisional sudah menegur mereka, namun justru ditantang. Ketiga, nelayan tradisional sudah dua bulan tidak melaut karena badai, sementara nelayan pukat harimau mini tetap melaut dengan kapal besar, sehingga memunculkan kecemburuan sosial.
