ADINEGORO, METRO – Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Gerindra Andre Rosiade berterima kasih kepada pemilih yang memberikan suaranya pada pemungutan suara ulang (PSU), Sabtu (27/4) lalu. Itu adalah bukti bahwa warga Kota Padang dan Sumbar umumnya telah dewasa berpolitik. Meski hujan badai datang, warga tetap ke TPS.
”Alhamdulillah, PSU berjalan baik di tengah hujan dan badai yang melanda Kota Padang sejak pagi. Meski jumlah pemilih berkurang dari pemilu 17 April lalu, hal itu tak terlalu menjadi soal. Karena, banyak faktor yang membuatnya menurun,” kata Andre yang disebut memiliki suara tertinggi di Dapil Sumbar1 mencapai 120 ribu lebih suara ini, kemarin.
Dari informasi C1 (rekap penghitungan suara di TPS, red) yang didapat relawan, kader Gerindra serta tim AR Center, kata Andre, jumlah pemilihnya tetap bertahan dari pemilih awal. Beberapa TPS suara Andre masih di kisaran 30-50 suara. Hal itu menandakan, pilihan warga Kota Padang dan Sumbar 1 umumnya tetap dan tidak tergoyahkan.
”Kami mengakui, jumlah pemilih jauh berkurang. Kalau KPU merata-ratakan pemilih pemilu awal sekitar 80 persen, yang Sabtu kemarin paling tinggi 55-60 persen saja. Namun, dari data yang kami dapat, suara pemilih Andre Rosiade tetap tinggi,” kata Andre yang juga ketua harian DPP Ikatan Keluarga Minang (IKM) ini.
Evaluasi PSU di 103 TPS di Sumbar, Andre menyebut harus jadi acuan bersama. Karena, jumlah pemilih jauh berkurang dari pemilihan awal. Hal ini tentu membuat tingginya angka golongan putih (golput) atau orang yang tidak memberikan hak suaranya ke TPS. Padahal, penyebab dilakukannya PSU, bahkan ada karena ulah oknum yang dapat dihitung dengan jari.
”Kami mendengar informasi salah satunya di Lubukkilangan, Kelurahan Batugadang. Ada PSU yang digelar karena dua atau tiga orang pemilih yang diberikan kertas suara hanya karena punya e-KTP. Padahal dia tidak warga sekitar atau di TPS tersebut. Namun, setelah diulang, ada puluhan suara lagi yang memutuskan tidak ke TPS,” katanya.
Seharusnya, sebut Andre, Bawaslu tidak perlu merekomendasikan PSU di TPS seperti itu. Cukup membatalkan atau mencoret suara dari dua atau tiga pemilih yang tidak memiliki surat pindah memilih (C5) atau hanya bermodal e-KTP saja. Tapi kendalanya tentu harus memastikan dulu ke yang bersangkutan apa pilihan mereka. ”Kami dengar di sana ada dua orang ber-e-KTP Medan, tapi bisa memilih di Lubukkilangan,” katanya.
Akibatnya, kata Andre, jumlah pemilih dan suara sah tentu berkurang. Bayangkan jika 103 TPS itu berpotensi mengumpulkan suara lebih dari 20 ribu. Tapi yang hadir ke TPS Cuma 10 ribuan orang saja. ”Berapa ruginya negara ini. Sudahlah mengeluarkan biaya lagi, suara yang masuk malah berkurang,” kata alumni SMAN 2 Padang ini.
Andre berharap, rekapitulasi suara AR Center segera tuntas pascadigelarnya PSU. Sampai kemarin, sudah banyak Kabupaten/Kota yang C1-nya 100 persen dari rekapitulasi yang digelar. Pertama adalah Kota Padang, dimana Andre mendapatkan hampir 70 ribu suara. Disusul Kabupaten Dharmasraya sekitar 23 ribu suara, Sijunjung 10 ribu, Kota Sawahlunto 2.091 suara suara dan Tanahdatar 7 ribu suara. Jumlah itu saja sudah menembus angka 112 ribu suara.
”Kami masih menunggu kelengkapan data C1 dari Kabupaten Pessel, Kepulauan Mentawai, Kabupaten Solok, Kota Padangpanjang dan Kota Solok. Di daerah-daerah itu, sekilas kami lihat juga lumayan suaranya. Mungkin awal pekan depan kita sudah bisa fiks-kan C1-nya dan menggelar jumpa pers resmi,” kata Andre. (r)