Selain itu, menurutnya pelatihan adat dan budaya merupakan salah satu jalan untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut terus ditransfer dan dipraktikkan lintas generasi.
Dalam konteks Kota Padang, adat dan budaya bukan hanya bagian dari identitas, tetapi juga aset pembangunan.
Kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari yakni dimulai pada Senin sampai Selasa (10-11/11). Dengan materi pada hari pertama adalah Sumbang Duo Baleh, yang dilanjutkan pada hari kedua dengan materi Alua Pasambahan jo Kematian, dan Aqiqah dan Fiqih penyelenggaraan jenazah.
Syamdani menyebut, pelatihan adat dan budaya juga merupakan ruang untuk memperkuat dialog antar generasi. Para ninik mamak dan bundo kanduang bukan hanya narasumber sejarah, tetapi juga sumber kebijaksanaan hidup yang relevan dengan zaman kini.
“Dari mereka kita belajar tentang arti tanggung jawab sosial, solidaritas kaum, dan etika dalam bermusyawarah. Sementara bagi generasi muda, pelatihan ini adalah kesempatan untuk menemukan kembali makna dirinya di tengah dunia yang serba cepat,” katanya. (brm)
















