Dalam tradisi itu, keluarga perempuan menyambut kedatangan rombongan pihak laki-laki dengan tata cara adat yang dijalankan turun-temurun, mulai dari penyambutan tamu, penyampaian kata adat, hingga penyerahan sirih sebagai penghormatan dan penerimaan.
Ketua KAN Parambahan, W. Dt. Tamarajo, mengatakan, pelaksanaan tradisi tersebut merupakan bentuk pelestarian nilai-nilai adat Minangkabau yang mengajarkan kesopanan dan penghormatan antar keluarga. “Tradisi ini kami tampilkan kembali agar generasi muda memahami bagaimana adat Minangkabau menempatkan sopan santun dan penghormatan sebagai nilai utama dalam kehidupan sosial,” ujarnya.
Ia menambahkan, Mangombang Siriah tidak hanya menjadi tontonan budaya, tetapi juga sarana edukasi bagi masyarakat agar tetap mengenal dan mengamalkan ajaran adat dalam kehidupan sehari-hari. “Siriah dalam adat Minangkabau bukan sekadar perlambang, melainkan wujud penghormatan dan keikhlasan dalam menjalin hubungan baik. Kami di KAN Parambahan berkomitmen menjaga tradisi ini agar tidak hilang ditelan zaman,” katanya.
W Dt. Tamarajo menyampaikan apresiasi atas dukungan tersebut. Menurutnya, kerja sama antara pemerintah dan lembaga adat menjadi faktor penting dalam menjaga kesinambungan tradisi lokal. “Kami berterima kasih kepada Pemko Payakumbuh yang telah memberikan dukungan penuh sehingga kegiatan adat ini dapat terlaksana dengan baik,” ujarnya.
Ia berharap, kegiatan seperti Satu Nagari Satu Event dapat terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas budaya dan memperkenalkan kearifan lokal sebagai daya tarik wisata. “Tradisi seperti ini bukan sekedar pertunjukan, tetapi juga cerminan jati diri masyarakat Parambahan. Inilah cara kami menjaga marwah adat di tengah kemajuan zaman,” pungkasnya. (uus)
















