SOLOK, METRO–Melalui inovasi Sawah Pokok Murah (SPM) yang dikembangkan lewat kegiatan Sekolah Lapang Tematik (SL Tematik) DAK Tahun 2025, para petani kini menikmati hasil panen yang lebih tinggi dengan biaya yang jauh lebih efisien. Di nagari Muaro Pingai misalnya, menjadi penanda keberhasilan penerapan teknologi pertanian ramah lingkungan tersebut.
Wakil Bupati Solok, Candra menyampaikan penerapan sistem Sawah Pokok Murah terbukti meningkatkan produktivitas secara signifikan. “Biasanya petani hanya menghasilkan 4–5 ton gabah per hektare. Tapi dengan sistem ini, hasilnya bisa mencapai 6 hingga 7 ton per hektare. Di Supayang hasilnya 6,7 ton, dan di Junjung Sirih ini mencapai 7,3 ton per hektare,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, keberhasilan tersebut sejalan dengan fokus pembangunan daerah. “Setelah kami menyelesaikan berbagai program pelayanan dasar, kini Pemerintah Kabupaten Solok fokus pada dua sektor unggulan : pertanian dan pariwisata. Untuk pertanian, banyak terobosan yang sudah kita lakukan dan hasilnya sangat menggembirakan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Candra menambahkan, potensi panen padi Kabupaten Solok tahun ini diperkirakan mencapai 316 ribu ton, di mana 80 % hasilnya disalurkan ke daerah tetangga. “Artinya, Kabupaten Solok tidak hanya mandiri pangan, tetapi juga menjadi penyangga utama kebutuhan pangan di Sumatera Barat,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa Solok kini menjadi salah satu sentra bawang merah dan cabai terbesar di provinsi ini. “Untuk bawang merah, kita peringkat dua nasional setelah Brebes. Dari total produksi, 94,7% dikirim keluar daerah. Sedangkan cabai, sekitar 72% hasilnya juga membantu kebutuhan daerah tetangga,” tambahnya.
















