“Kemudian, di Tiongkok, moderasi masih berlanjut dengan rilis beberapa indikator utama baik di sisi permintaan maupun penawaran di bawah ekspektasi pasar. Sementara di Eropa indikator perekonomian terpantau stagnan dengan beberapa negara ekonomi utama seperti Perancis mengalami tekanan. Perkembangan itu turut mendukung respon investor global sehingga pasar saham global cenderung menguat,” jelasnya.
Memaparkan kondisi di dalam negeri, Mahendra menjelaskan, kinerja perekonomian domestik terjaga, dengan PMI (Purchasing Managers’ Index) Manufaktur di zona ekspansi dan surplus neraca perdagangan meningkat.
Meski demikian, dia mengingatkan untuk perlu mencermati perkembangan permintaan domestik masih perlu didorong seiring dengan moderasi inflasi, indeks kepercayaan konsumen, serta tingkat penjualan ritel, semen, dan kendaraan.
Mahendra menegaskan, OJK berkomitmen senantiasa menjaga stabilitas SJK. Komitmen tersebut dilakukan melalui penguatan koordinasi, pengawasan, dan kebijakan yang adaptif dalam menghadapi dinamika global dan domestik agar SJK tetap resilience, kontributif dan berdaya saing.
“Sejalan dengan itu juga, kinerja intermediasi terus dioptimalkan, dengan mendorong penyaluran pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas pemerintah termasuk pembiayaan UMKM dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Kebijakan memperdalam pasar keuangan juga akan terus dikembangkan untuk meningkatkan likuiditas dan memperluas basis investor. Dengan begitu, diharapkan industri jasa keuangan akan dapat memiliki peran lebih nyata lagi untuk menggerakkan perekonomian nasional. (*)
















