“Dengan percepatan lima tahun, Indonesia berpeluang melampaui Amerika Serikat sebagai negara pengelola panas bumi terbesar di dunia. Semua sumber daya ada, dan Indonesia kini menjadi rujukan pembelajaran bagi dunia,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, pemerintah juga mengumumkan sejumlah proyek panas bumi baru dengan total investasi mencapai Rp22 triliun untuk target kapasitas 265 MW dan rencana pengembangan hingga 350 MW.
Proyek-proyek ini diproyeksikan menyerap hingga 780 ribu tenaga kerja serta memberikan tambahan pendapatan asli daerah (PAD) bagi daerah penghasil. Selama sepuluh tahun terakhir, lebih dari Rp40 triliun bonus produksi telah dialirkan ke daerah penghasil panas bumi terseb di Indonesia.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan peran energi baru terbarukan sebagai kunci dekarbonisasi menuju Indonesia Emas 2045.
“Energi panas bumi bukan hanya soal listrik, tetapi soal menyelamatkan bumi. Kita hidup bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk anak cucu kita. Indonesia memiliki cadangan panas bumi sekitar 27 ribu MW, namun baru 10 persen yang dikelola. Potensi ini adalah masa depan energi hijau,” ujarnya.
Pemerintah, lanjut Bahlil, tengah memangkas berbagai regulasi untuk mempercepat investasi dan pengembangan proyek panas bumi.
Keikutsertaan Supreme Energy Muara Laboh dalam IIGCE 2025 menegaskan peran sektor swasta sebagai motor penggerak transisi energi.
Dia menyatakan dengan cakupan peserta lintas negara, forum ini diharapkan menjadi penghubung investasi global dan mempercepat langkah Indonesia menjadi pemimpin dunia dalam pengelolaan energi panas bumi. (Jef)













