Kabut asap yang kian pekat di Kota Padang, membuat pemko menyerah dan memilih meliburkan siswa dua hari, Jumat dan Sabtu (23-24/10/2015). Foto: Robi Ham/Posmetro Padang
PADANG, METRO–Semakin tebalnya asap di Kota Padang membuat Pemko Padang mulai berpikir soal kesehatan murid murid SD dan TK. Setelah melalui rapat dengan unsur Muspida, akhirnya diputuskan Pemko bakal meliburkan anak-anak SD dan TK, Paud pada hari Jumat dan Sabtu.
Ketegasan ini disampaikan langsung oleh Kepala Bapedalda Kota Padang, Edy Hasymi didampingi Kabag Humas Protokoler Pemko Mursalim usai rapat dengan wali kota dan Muspida, Kamis (22/10) malam. Libur ini hanya diterapkan pada murid SD dan TK. Sementara untuk murid SMP dan SMA tetap bersekolah, namun harus memakai masker.
Untuk memastikan pasokan masker bagi pelajar, Pemko Padang melalui Puskesmas-puskesmas, terang Edi, akan turun ke sekolah guna membagikan masker kepada siswa. “Berdasarkan hasil rapat, petugas puskesmas akan diturunkan guna membagi-bagikan masker pada pelajar pada Edi.
Dia juga menghimbau agar pengurus masjid dan mushalla ikut mensosialisasikan kebijakan libur ini agar masyarakat tau. Sehingga anak-anak tak terlajur ke sekolah.
Kondisi asap, Kamis (22/10) siang telah mencapai angka 377,30 Ug/M3. Angka tersebut dikatakan berada pada level sangat tidak sehat. Kenaikan kadar debu sangat signifikan. Sebelumnya, pada Rabu (21/10), kadar partikel debu pada udara Kota Padang adalah 263 Ug/M3. Kondisi udara baru membahayakan jika telah mencapai angka 350 Ug/M3 hingga 420 Ug/M3.
Anggota DPRD Padang Maidestal Hari Mahesa menyambut baik keputusan Pemko Padang meliburkan sekolah. Meski demikian, dia menilai, Kepala Dinas Pendidikan Padang Habibul Fuadi tidak peka terhadap kondisi udara yang tak sehat. ”Sudah banyak keluhan dan aspirasi yang saya terima dari masyarakat. Mereka khawatir, kalau anak-anak mereka sakit karena terus dipaksa sekolah. Mestinya, Kadis Pendidikan lebih peka,” ungkap Maidestal.
Meski akhirnya sekolah diliburkan, Maidestal meminta wako untuk mengevaluasi kinerka Kadis Pendidikan. ”Kalau perlu tukar saja. Ganti. Karena tidak memahami akar masalah,” tegas Esa. (tin/ben)