Nasaruddin juga berpesan agar para peserta PPG bangga dengan profesinya. “Jangan minder jadi guru. Profesi guru bukan pedagang. Kalau pedagang mencari keuntungan finansial, guru itu tugasnya mencerdaskan kehidupan bangsa,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan, keberhasilan seorang guru bukan diukur dari murid yang menangis atau tertawa saat pembelajaran, tetapi dari kemampuannya menyalakan “lentera” dalam hati siswanya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno, menambahkan bahwa PPG 2025 dirancang fleksibel dengan sistem Learning Management System (LMS).
Guru bisa mengikuti pembelajaran tanpa meninggalkan tugas mengajar, baik secara daring maupun luring, dengan tetap mendapat bimbingan dari dosen LPTK/PTKIN.
“Kami memastikan lulusan PPG bukan hanya profesional, tapi juga memiliki pemahaman keagamaan yang selaras dengan visi Kemenag, yakni Kurikulum Berbasis Cinta,” tegas Amien.
Dengan program besar ini, Kemenag berharap lahir generasi guru yang bukan hanya unggul secara kompetensi, tetapi juga berkarakter, berintegritas, dan siap mencetak generasi emas Indonesia di masa depan. (*/rom)
















