Opini senada disampaikan juga oleh pedagang kaki lima Bento (60). Katanya, sebenarnya sebelum pindah ke Silo saya sudah beri kritikan kepada Koperindag terkait fasilitas yang tidak memadai bagi kami pedagang dan pengunjung.
Semuanya kesannya dipaksakan sehingga seperti inilah kondisinya, tidak tertata rapi. Ditambah tidak ada pengarahan dari pihak terkait agar para pengunjung dari Simposium Internasional juga Iven Road Race benar-benar sepi pengunjung. “Mungkin bisa jadi mereka tidak mengetahui perpindahan pedagang kuliner ke Silo. Kurangnya kunjungan wisatawan ke wisata kuliner di silo, akibatnya omset penjualan kami menurun,” ujarnya.
Begitu juga Dewi Amor pedagang sarapan dan soto, dimana sejak pindah ke Silo dirinya merasa cukup kecewa terhadap kurangnya omset dan tertutupnya lokasi jualannya akibat lorong dari arah masuk hingga ke lokasi jualannya tertutupi oleh tenda jualan dari rekan-rekannya tertutup terpal karena belum jadwalnya buka.
“Biasanya saya buka jam 7.30 wib tutup jam 13.00 WIB. Namun sekarang buka jam 7.30 WIB tutup jam 22.00 WIB. Dan sudah dua acara Simposium dan Road Race tetap saja omset kami turun. Kami berharap lokasi wisata kuliner di Silo benar-benar ditata rapi, estetik dan menarik,” tegasnya. (pin)




















