Dalam tiga tahun terakhir, pola Agustus memang konsisten deflasi secara bulanan. Mulai Agustus 2023 sebesar 0,02 persen, Agustus 2024 di posisi 0,03 persen, dan Agustus tahun ini 0,08 persen. Ini sejalan dengan panen sayur-musiman, berlalunya tekanan harga saat tahun ajaran baru dan liburan sekolah, serta koreksi ongkos transportasi pasca puncak mobilitas.
“Dengan kata lain, deflasi Agustus adalah pola musiman yang berulang dan masuk kategori normal,” imbuh alumnus University of Amsterdam itu.
Untuk inflasi inti yang naik 0,06 persen didorong biaya pendidikan pada awal tahun ajaran. Terutama uang kuliah dan uang sekolah dasar di saat beberapa komponen pendidikan menengah justru turun. Tanpa dorongan pendidikan, sinyal permintaan inti cenderung datar.
Josua menjelaskan, pakaian dan alas kaki turun tipis, perumahan masih stabil, dan transportasi menurun. Yang masih positif adalah perawatan pribadi. Didominasi emas perhiasan serta jasa makanan-minuman.
Realisasi data tersebut menunjukkan daya beli masih melemah dan tidak merata. Penguatan lebih terasa pada rumah tangga menengah-atas. Tercermin lonjakan emas perhiasan secara tahunan.
Sedangkan kelompok rentan masih terdampak kenaikan harga bahan makanan sepanjang tahun. Bahan makanan tahunan naik 4,27 persen. Di atas inflasi umum 2,31 persen.
“Dengan demikian, jika komponen pendidikan dikeluarkan, gambaran daya beli Agustus cenderung stabil namun lemah, tapi tidak terkontraksi, dan sangat bergantung pada pergerakan harga pangan,” jelas Josua. (jpg)
















