Untuk daya tarik pompa Rantih biasanya 12 jam sehari, namun melihat kondisi sekarang pompa bekerja diluar batasnya yaitu 20 jam sehari untuk memenuhi kebutuhan 3500 pelanggan Barangin,” tuturnya.
Karena hal itu, imbuhnya biaya operasional PDAM Sawahlunto menjadi naik, biasanya PDAM membayar listrik Rp. 220 juta/bulan namun untuk bulan ini pembayaran listrik menjadi Rp. 265 juta/bulan.
“Dan bulan Agustus ini saja kami masih ada hutang sebesar Rp. 109 juta kepada PLN. Itu yang harus kami tanggulangi. Sebenarnya dari segi pelayanan PDAM Sawahlunto sudah melakukan usaha yang optimal, tapi disisi lain tentu kami butuh dukungan yang serius dari Pemerintah Kota sehingga jika pada musim kemarau warga kecamatan Barangin tidak menjerit, dan musim hujan warga Kecamatan Lembah Segar pun nyaman,” rincinya.
Jika dibiarkan saja PDAM Sawahlunto berjalan sendiri dalam mengatasi segala kendala di lapangan tanpa dukungan penuh dari Pemerintah Kota Sawahlunto tentu akan sulit berkembang. “Sebab bisa saja pompa yang di Rantih karena tidak sesuai kapasitasnya dalam beroperasi akan kolaps disebabkan penggunaan terus menerus,” keluhnya. (pin)
















