JAKARTA, METRO–Penerapan kurikulum di Sekolah Rakyat memiliki pendekatan khusus, Multi-Entry Multi-Exit (MEME). Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti meÂnyeÂbutnya seperti satuan kredit semester (SKS) di perguruan tinggi.
Mu’ti menjelaskan, penÂdekatan Multi-Entry Multi-Exit (MEME) ini secara sederhananya akan memberikan fleksibilitas bagi murid untuk memulai dan menyelesaikan studi sesuai dengan kemampuan mereka. Sehingga, tidak meÂngÂhaÂrusÂkan murid menyelesaikan pelajaran secara bersama-sama.
Materi pelajaran dalam Sekolah Rakyat tetap disusun mengikuti pendidikan formal, akan tetapi dikemas dalam bentuk modul. Dengan begitu, murid memiliki keleluasaan untuk menyelesaikan modul secara berbeda-beda sesuai dengan kapasitas mereka.
“Sistemnya kira-kira kalau secara sederhana itu seperti kuliah dengan sisÂtem SKS, di mana murid tidak harus menempuh mata pelajaran dalam waktu yang sama. Tetapi mungkin berbeda-beda satu dengan yang lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya,” paparnya dalam keterangannya diÂkutip Minggu (24/8).
Lebih lanjut, Mu’ti meÂmaparkan, bahwa kurikulum Sekolah Rakyat dirancang untuk memberikan kemampuan praktis dan keahlian yang disesuaikan dengan kondisi sosial maupun lingkungan tempat tinggal murid. Selain itu, mereka juga dapat mengasah kemampuan yang memungkinkan mereka melanjutkan studi atau bekerja setelah menyeÂlesaiÂkan pendidikan di SeÂkolah Rakyat.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya hidden curriculum yang hadir melalui pengalaman belajar sehari-hari di lingkungan sekolah. Hidden curriculum ini dimaksudkan pada semua pengalaman yang diperoleh murid selama belajar di Sekolah Rakyat. Seperti, norma, nilai, kedisiplinan dan lainnya.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Muhammad Nuh menambahkan, bahwa keberhasilan SeÂkolah Rakyat tidak lepas dari dukungan kuat Kemendikdasmen. Termasuk dalam pemetaan talenta murid, guru, dan kepala sekolah.




















