Artinya, kepengurusan Roni Pahlawan lebih cepat tiga bulan menyelesaikan “mandat” sebelum jatuh tempo perpanjangan yang diperjuangkan sebelumnya.
Tim karteker KONI Sumbar langsung bergerak. Wakil Ketua Karteker KONI Sumbar, Prof.Syahrial Bakhtiar, Wakil Sekretaris Mukti Ali Kusmayadi Putra langsung meninjau kantor KONI di Jln Rasuna Said, Padang, bersama tim Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumbar serta Kepala sekretariat KONI Sumbar, Al Furqan. Tujuannya memastikan roda organisasi tetap berjalan lancar.
Sabtu (23/8) malam, Ketua Karteker Erizal Chaniago bersama Wakil Ketua Prof. Syahrial Bakhtiar, Wakil Sekretaris Mukti Ali Kusmayadi Putra, dan Pelaksana Tugas (Plt) Kadispora Sumbar, Dedy Diantolani langsung bersilaturrahmi menemui Gubernur Sumbar Mahyeldi. Sejumlah pekerjaan sudah “dicicil” hingga dalam waktu dekat akan dijadwalkan pelaksanaan Rakerda, Musyorprov hingga pelantikan sehingga kepengurusan periode 2025-2029 segera bisa bekerja.
Pekerjaan paling mendasar, laksanakan Porprov agar ritme dua tahunan bisa dilaksanakan pada 2025, 2027, sekaligus jadi persiapan atlet untuk ivent berikutnya. Agenda besar, Porwil dan PON di NTB – NTT sudah menunggu.
Tugas Besar Langsung Menunggu
Memang, tak ada pilihan. Segerakan Raker, laksanakan Musyorprov dan lantik pengurus baru. Semua harus dilakukan dalam rentang waktu singkat. Banyak bengkalaian pekerjaan pengurus terdahulu. Segera dikejar agar tidak terlambat. Memaksimalkan waktu yang tersedia.
Beberapa hal penting, menurut saya, kepengurusan KONI Sumbar ke depan sebaiknya diisi orang-orang yang memiliki latar belakang olahraga, sekaligus paham dengan tugas dan fungsinya mengurus olahraga. Hal yang tak bisa ditawar, Ketua Umum KONI Provinsi adalah sosok yang disukai pemerintah daerah, pengurus Cabor dan komunikatif dengan semua pihak. Peran dan tugasnya tidak hanya mengurus internal, tetapi juga keluar. Beradaptasi dengan semua pihak karena terbatasnya keuangan daerah, harus mampu mencair keluar dalam bentuk sponsor dan pendanaan lain.
Berikutnya, segera cairkan bonus peraih medali PON Aceh – Medan. Sudah terlalu lama mereka menunggu haknya. Atlet dan pelatih tak hanya butuh apresiasi di mulut saja, tetapi realitanya juga butuh materi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Apalagi yang ditunggu adalah haknya mereka. Biar mereka bisa lebih fokus untuk langkah berikutnya.
Ketiga, KONI Sumbar harus mendorong Pengprov dan KONI se-Sumbar untuk memberikan ruang seluas-luasnya kepada pelatih dan wasit untuk meningkatkan kapasitasnya. Tingkatkan standar atau sertifikat kepelatihan dan lisensi wasit, sehingga memberikan arti untuk peningkatan kualitas atlet.
Ke-empat, mendorong agar Cabor memperbanyak ivent untuk memberikan jam terbang kepada atlet. Selain Porprov yang dua tahunan, juga Kejurda mau pun mengupayakan agar seri-seri kejuaraan nasional bisa digelar di Sumbar. Diantarkan ke daerah, disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.
Di Sumbar, selain Padang, sebenarnya sejumlah daerah sudah berbenah. Di Sawahlunto ada sirkuit permanen roadrace, ada lintasan pacuan kuda. Sering jadi tuan rumah bridge. Di Payakumbuh dan Pariaman ada lintasan sepatu roda. Dayung pernah di Danau Maninjau, tahun 1980-an. Bisa juga dibeberapa danau lainnya. Panjat tebing bisa disejumlah tempat di Sumbar.
Begitu pun di Porprov. Sisa waktu yang minim, tetap saja ada momentumnya. Kalau satu atau dua daerah kesulitan melaksanakan, bisa dibagi habis di seluruh daerah di Sumbar, seperti tahun 2010. Porprov dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota (kecuali Mentawai), padahal kala itu, kondisinya sangatlah sulit. Tak lama setelah gempa dahsyat yang melanda Sumbar, September 2009. Tahun 2011, kontingen Sumbar berjaya pada Porwil di Kepri.
Akhirnya, selamat bekerja kepada “cabinet” karteker yang dikomandoi Erizal Chaniago, didukung sejumlah sosok mumpuni di olahraga dan organisasi serta hukum. Semoga pekerjaan yang bertumpuk di depan mata bisa diselesaikan dengan baik, kemudian menghasilkan kepengurusan yang piawai mengurus olahraga Sumatera Barat. (*)












