Dia berharap terjadinya inkonsistensi iklim ini jadi perhatian pemerintah. Khususnya terkait dengan program pangan. Dia mengatakan, karena tidak ada musim kemarau tahun ini, petani tidak bisa menanam jagung seperti biasanya. Adanya hujan secara terus menerus ini, juga membuat petani bingung untuk menyusun jadwal pemberian pupuk.
Untuk itu pemerintah harus mulai menerapkan smart farming. Yaitu bertani yang tidak hanya mengandalkan sensor-sensor. Tetapi lebih pada pencocokan dengan kondisi iklim terkini. Prediksi iklim menjadi patokan petani untuk kapan memulai tanam dan pemupukan. Termasuk apakah akan menanam padi terus sepanjang tahun atau tetap disela palawija. (jpg)













