Yannes menegaskan bahwa hambatan terbesar adopsi motor listrik adalah harga awal yang relatif tinggi. Ia menilai stimulus mampu mengatasi masalah tersebut sekaligus memberi manfaat ekonomi jangka panjang.
“Penjualan motor listrik pada 2025 anjlok 70–80 persen akibat ketidakpastian insentif. Dengan stimulus, harga akan lebih terjangkau dan penjualan bisa bangkit,” jelasnya.
Bahkan, ketidakpastian insentif juga disebut memukul industri lokal. Beberapa startup kendaraan listrik (EV) terpaksa gulung tikar, sementara lainnya melakukan PHK.
“Padahal, startup seperti mereka itu yang bisa menjadi motor pertumbuhan industri kendaraan listrik nasional. Kalau tidak didukung, kita hanya akan menjadi pasar produk impor,” kata Yannes.
Dia menutup, dengan karakter transportasi Indonesia yang didominasi sepeda motor, Yannes menilai transisi ke kendaraan listrik adalah langkah strategis. Stimulus yang tepat tidak hanya mengurangi polusi udara, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru dan memperkuat posisi Indonesia di peta industri kendaraan listrik global. (jpg)
















