Meski begitu, Zulmaeta menyebut tantangan tetap besar. Permintaan ekspor membutuhkan minimal 1.000 pengrajin, sedangkan Payakumbuh baru memiliki 400. Karena itu, Pemko membuka peluang kerja sama dengan pengrajin di daerah tetangga.
Selain jumlah pengrajin, pelaku UMKM handycraft juga masih menghadapi kendala akses permodalan, pemasaran, dan kapasitas produksi. “Pemerintah Kota berkomitmen menjadi fasilitator untuk mengatasi semua hambatan itu,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Zulmaeta didampingi Sekretaris Daerah Payakumbuh Rida Ananda, Asisten II Setdako, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, serta Kepala Dinas Koperasi dan UMKM.
Rakornas ICCN sendiri mempertemukan perwakilan dari lebih 240 kota/kabupaten kreatif di Indonesia, pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, media, dan komunitas kreatif. Kegiatan ini diisi creative conference, networking session, pameran, dan pertunjukan budaya, dengan tujuan memperkuat kolaborasi, berbagi inovasi, dan mendorong transaksi produk kreatif unggulan. “Ekonomi kreatif bukan hanya peluang, tapi masa depan Payakumbuh. Kami akan terus berinovasi dan memperluas jaringan agar produk lokal bisa bersaing di panggung internasional,” tutup Zulmaeta. (uus)




















