Model hidup seperti ini, menurut Pastor, menunjukkan kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga keharmonisan agama.
Lebih lanjut, Pastor menyampaikan kisah tentang Sekolah Dasar Santa Lucia, yang berdampingan dan terhubung langsung dengan halaman gereja. “Sekolah Kristen ini memiliki banyak murid beragama Islam — sebuah bukti nyata bahwa keberagaman agama bisa hidup berdampingan secara alami di kota ini,” jelas Pastor Paroki Fransiskus.
Sementara itu Kemenag menegaskan bahwa satu insiden intoleran tidak cukup untuk mencoreng citra Sumatera Barat sebagai provinsi toleran. “Justru, melalui kunjungan ini, Kemenag ingin menegaskan bahwa secara umum toleransi antar umat beragama di Sumbar, khususnya di Sawahlunto, tetap kuat, sehat, dan saling menghargai,” sebutnya. (pin)




















