Kemenparekraf, menurutnya, siap menjadi mitra strategis bagi komunitas kreatif, termasuk dalam hal penguatan kelembagaan dan keberlanjutan program-program komunitas.
“Kami menyadari keterbatasan, tapi komitmen kami jelas: subsektor ini layak didukung,” tegasnya.
Ketua Umum FDBI, Ardiyansyah Djafar, menyampaikan apresiasi atas kehadiran kedua menteri dan perhatian pemerintah terhadap sektor seni pertunjukan. Ia mengungkapkan bahwa nilai pasar global industri tari diperkirakan mencapai USD 3,22 miliar pada 2025, dan meningkat menjadi USD 12,23 miliar pada 2033.
“Jika disesuaikan dengan konteks Indonesia, potensi pasar untuk subsektor tari dan cheerleading bisa mencapai Rp4 triliun. Namun sayangnya, performing arts — khususnya tari — belum mendapat perhatian setara potensinya,” ujarnya.
Ia juga mencontohkan akuisisi Varsity Brands, pemegang lisensi kompetisi cheerleading terbesar di dunia, oleh KKR dengan nilai USD 4,75 miliar pada akhir 2024, sebagai bukti nyata potensi ekonomi industri ini.
“Kita perlu melihat ini sebagai peluang besar dalam ekonomi kreatif, yang bisa dikembangkan melalui kolaborasi lintas sektor,” tutup Ardiyansyah.
Festival ini tidak hanya menjadi panggung ekspresi seni gerak, tetapi juga penegas posisi street dance dan dancesport sebagai bagian dari sektor ekonomi kreatif masa depan Indonesia yang inklusif dan progresif. (*/rom)




















