“Biaya operasional per hari diperkirakan sebesar Rp50 ribu per ton, dengan kapasitas alat mencapai 50 ton per hari, sehingga kebutuhan bulanan mencapai Rp12,5 juta,” jelasnya.
Namun, Afniwirman optimistis dana operasional tersebut tidak akan membebani APBD. Sebab, TPST ini nantinya akan menghasilkan pupuk organik sebanyak sembilan ton per hari yang bisa dijual seharga Rp1.000 per kilogram.
“Dari penjualan pupuk saja, sudah bisa menghasilkan Rp9 juta per hari. Belum lagi nilai dari sampah logam seperti kaleng dan kerah yang juga bisa didaur ulang dan dijual,” tambahnya.
Selama ini, TPST di Sungai Jariang mengalami kendala serius karena tidak memiliki mesin pemilah. Akibatnya, pengelolaan sampah tidak berjalan maksimal dan masih mengandalkan pemilahan manual.
“Dengan hadirnya mesin canggih ini, semua sampah akan otomatis terpilah dan bisa diolah dengan maksimal. Ini adalah lompatan besar bagi pengelolaan sampah di Kabupaten Agam,” pungkas Afniwirman. (pry)
















