“Surau Ka’bah memang menjadi pusat kegiatan karena sifatnya yang inklusif dan memiliki fasilitas memadai. Namun, kehadiran Bupati di sana semata karena undangan. Tidak ada pemindahan konsentrasi kegiatan pemerintahan ke surau ini,” tegas Syatria.
Surau yang baru berdiri satu tahun ini memang aktif digunakan oleh berbagai pihak. Di antaranya, kegiatan manasik umrah oleh biro perjalanan, pelatihan keagamaan untuk pelajar, wirid gabungan majelis taklim, pelatihan adat dan budaya, pertemuan alumni, serta rapat organisasi masyarakat dan LSM.
Dari kalangan pemerintahan, selain BAZNas, juga pernah dilakukan pendistribusian bantuan oleh Bulog, serta peliputan oleh media elektronik dan sosial.
Syatria memastikan bahwa kegiatan Bupati Agam tetap berjalan sesuai agenda resmi, mayoritas tetap dipusatkan di Lubuk Basung. “Rapat-rapat, paripurna DPRD, audiensi dengan lembaga, serta kegiatan rutin tetap dilaksanakan di pusat pemerintahan. Jadi, tidak benar jika dikatakan aktivitas pemerintahan dipindahkan ke Surau Ka’bah,” pungkasnya. (pry)
















