“Kami ingin setiap sudut kota punya cerita visual yang bisa dibagikan. Bayangkan jika semua itu terekam oleh fotografer-fotografer muda Padang, lalu diolah dengan pendekatan digital modern. Itu promosi wisata yang paling natural dan efektif,” tambahnya.
Sementara itu, Arbain Rambey menegaskan bahwa teknologi seharusnya tidak membuat fotografer kehilangan jati diri. Justru di tengah banjir konten digital, kualitas, sudut pandang, dan kepekaan adalah hal yang membuat satu karya menonjol.
“AI bisa bantu teknis, bisa percepat editing. Tapi tidak bisa bantu rasa. Itu hanya bisa datang dari pengalaman dan kepekaan. Dan fotografer lokal harus punya itu, karena mereka yang paling mengenal kotanya,” kata Arbain.
Baginya, keindahan visual Padang adalah modal besar yang belum sepenuhnya dieksplorasi. Dari landscape alam, budaya, foto essay (foto menyampaikan cerita) hingga kehidupan sehari-hari semuanya punya daya tarik.
Acara ini sekaligus menjadi pemanasan menjelang Hari Jadi Kota Padang (HJK). Pemko berharap, momen HJK juga bisa dimanfaatkan komunitas fotografi untuk menghasilkan karya-karya yang bukan hanya indah, tapi juga membawa cerita dan mengundang rasa penasaran publik untuk datang melihat langsung Kota Padang. (rel)
















