“Tercermin kekompakan, ketangkasan, tidak ada sakit hati, tidak mau balas dendam dan selalu memberikan yang terbaik. Permainan tersebut dibutuhkan kerja tim dan kekompakan sehingga bola bisa bertahan lama di udara,” tutur dia.
Malah, ungkap Evi Yandri, sekalipun menerima bola dengan tidak baik, akan selalu memberikan bola yang terbaik. “Permainan ini perlu dilestarikan untuk menghidupkan kembali semangat para pejuang dalam menghadapi penjajah,” ujar Evi Yandri.
Sebagai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, Sepak Rago saat menghadapi penjajah, sebagai permainan untuk mengelabui penjajah, karena generasi muda saat itu tidak boleh belajar silat.
Evi Yandri menambahkan, dari 19 kabupaten dan kota di Sumbar, sepak Rago yang tetap bertahan hingga saat ini di Kota Padang dan Kabupaten Padangpariaman. Di Kota Padang hanya terdapat di Kecamatan Koto Tangah, Kuranji dan Kecamatan Nanggalo. “Demikian juga Kabupaten Padangpariaman. Sepak Rago hanya terdapat di sejumlah kecamatan di daerah tersebut,” tutup Evi. (rgr)




















