Mulyadi mengatakan bahwa budaya Tabuik merupakan pesta rakyatnya Kota Pariaman sekali setahun, yang menjadi hiburan dan ajang kebersamaan bagi masyarakat. “Budaya ini akan terus kita lestarikan secara turun temurun dan terus dijaga keasliannya,” katanya, kemarin.
Ia juga berpesan bahwa setelah Tabuik dibuang kelaut, maka tidak ada lagi perselisihan antara kedua anak Tabuik. Bak pepatah Minang mengatakan, “Biduak Lalu Kiambang Batauik, Tabuik Tabung Kito Ciek Baliak “.Kami berharap event budaya tahunan ini berjalan lancar sampai selesai, dan wisawatan banyak berkunjung ke Kota Pariaman sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Tuo Tabuik Pasa, Zulbahri mengatakan, Tabuik diawali dengan prosesi Maambiak Tanah.
Menurut cerita para pendahulu, prosesi Maambiak Tanah ini dimaknai dengan manusia yang berasal dari tanah dan pasti akan kembali ke tanah. Ini sebagai pengingat bagi manusia bahwa setelah kita mati nanti pasti akan kembali ke tanah.
Zulbahri menyebutkan, prosesi selanjutnya pada 5 Muharram yakni prosesi manabang/maambiak batang pisang. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi Maradai tanggal 6 Muharram, dan dilanjutkan dengan prosesi Turun Panja, Maatam, dan Maarak Jari-Jari pada tanggal 7 Muharram. Kemudian, selanjutnya tanggal 8 Muharram dilakukan prosesi Maarak Saroban. Diacara puncak pada tanggal 6 Juli 2025 nant, pada pagi hari dilakukan prosesi Tabuik Naiak Pangkek dilanjutkan dengan prosesi Hoyak Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa hingga Tabuik Dibuang Kelaut. (efa)




















