Ia menegaskan bahwa program pelatihan akan dirancang adaptif terhadap kebutuhan riil lapangan. Tidak sekadar berbasis teori, namun langsung menyasar keahlian teknis yang aplikatif. Dengan sinergi lintas sektor antara pemerintah desa, BPVP, dan dunia usaha, pelatihan ini diharapkan terkoneksi langsung dengan peluang kerja serta ekosistem UMKM lokal.
Secara garis besar, inisiatif ini mencerminkan tiga pilar pendekatan pembangunan SDM Sawahlunto, yaitu: akses keterampilan yang merata dan relevan; sinergi antara pendidikan, dunia usaha, dan pemerintah; serta pendampingan pasca-pelatihan menuju produktivitas dan kemandirian.
“Langkah ini sejalan dengan visi Pemko Sawahlunto dalam membangun kota yang berdaya, inklusif, dan adaptif terhadap dinamika ekonomi berbasis kompetensi,” ujarnya. (pin)




















