“Kita sudah punya sekitar 700 rambu, 25 safe zone, dan tiga sel aktif untuk perlindungan masyarakat,” terang Hendri.
Sementara itu, Komandan Korem 032/Wirabraja, Brigjen TNI Machfud Daeng Nyonri, turut mengingatkan pentingnya edukasi berkelanjutan kepada masyarakat
“Lingkungan kita sangat rentan. Masyarakat harus paham, dan semua pihak harus bersinergi memberi pemahaman,” tegasnya.
Sementara, Kalaksa BPBD Sumatera Barat, Rudy Rinaldy, menjelaskan bahwa wilayah Sumbar memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam, terutama dari ancaman Megathrust Mentawai dengan kekuatan hingga 8,9 skala Richter. Selain itu, ia mengungkapkan adanya potensi aktivitas seismik aktif di timur Kepulauan Mentawai dengan panjang patahan yang berpotensi melebihi 500 km.
“Kita harus lebih waspada. Karena itu, kita berencana melakukan latihan mitigasi bencana berskala besar, dimulai dengan uji coba di satu kota, yaitu Kota Padang,” ujar Rudy.
Dipilihnya Padang sebagai lokasi simulasi bukan tanpa alasan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 600 ribu jiwa yang tinggal di sepanjang pesisir, kota ini menjadi wilayah yang paling rentan terdampak tsunami. Oleh karena itu, simulasi akan difokuskan pada pengujian skenario evakuasi, kesiapan sistem peringatan dini, serta peran aktif masyarakat di kawasan rawan. (ren/rel)




















