Menurut dia, UMKM Naik Kelas sebagai sebuah Progul bukan sekadar wacana, melainkan gerakan kolektif yang dirancang terintegrasi melalui program pembinaan, pendampingan, hingga pembukaan akses pasar dan pembiayaan.
Salah satu turunan konkret dari program UMKM Naik Kelas adalah pendirian Rumah Wirausaha sebagai wadah untuk menyatukan peran Dinas Tenaga Kerja, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian, hingga mentor bisnis profesional untuk mendampingi pelaku usaha dari tahap awal hingga siap ekspor.
“Kami permudah perizinan, hadirkan pelatihan terbaik, dan ajak perbankan untuk ikut membuka akses pembiayaan. Ini ekosistem yang kami bangun agar UMKM tidak jalan sendiri,” ujarnya.
Fadly menekankan pentingnya pendekatan kreatif dan kolaboratif dalam membina pelaku usaha. Ia bahkan mengusulkan agar pendekatan kewirausahaan di Padang dikembangkan layaknya akademi profesional.
“Saya ingin wirausaha ini digarap serius seperti akademi. Ada pembinaan, ada eksposur, ada pengakuan. Dan pelaku usaha seperti Lile Chocolate bisa jadi contoh dan inspiratornya,” pungkasnya.
Wako juga menyebut, keberhasilan Lile Chocolate mengekspor produk cokelat balado ke Singapura menjadi salah satu contoh nyata dari semangat inovasi UMKM Padang. Produk yang menggabungkan rasa khas Minang dengan teknik pengolahan modern itu kini jadi wajah baru UMKM kreatif dari Sumatera Barat.
Dia menekankan bahwa ekspor bukanlah titik akhir, melainkan langkah awal menuju penguatan ekonomi lokal yang berdaya saing tinggi. Ia berharap ke depan semakin banyak pelaku UMKM Kota Padang yang mampu menembus pasar ekspor dengan produk-produk khas daerah.
“Hari ini cokelat, besok bisa rendang instan, teh herbal, atau kerajinan. Asal ada kemauan, kami siap bantu lewat program UMKM Naik Kelas,” pungkas wako. (ren)
















