Menurut Bima, hasil evaluasi dari gelombang pertama menunjukkan manfaat besar dari proses saling mengenal antarkepala daerah.
“Kalau kita evaluasi hasil retret gelombang pertama, maka semua akan menyampaikan hal sama. Bahwa yang sangat penting didapat dari retret gelombang pertama adalah proses untuk lebih mengenal lagi sehingga bisa bersinergi di lapangan,” ungkapnya.
Seluruh kepala daerah akan tinggal di asrama IPDN selama kegiatan berlangsung. Para bupati dan wali kota akan berbagi kamar, sementara gubernur menempati kamar tersendiri. Guna menjaga ketertiban, seluruh peserta dilarang membawa pendamping.
“Dan tidak diperbolehkan kepala daerah ini untuk didampingi, baik oleh protokol, ajudan, dokumentasi. Nah, semuanya kita atur tertib, gitu,” ujarnya.
Selama retret, praja IPDN juga dilibatkan dalam sejumlah kegiatan. Mereka akan tampil menyuguhkan kesenian hingga mengikuti beberapa sesi diskusi bersama para kepala daerah. Selain itu, para kepala daerah juga berkesempatan makan siang bersama praja di Menza, ruang makan kebanggaan IPDN.
“Kepala daerah ini akan makan siang bersama-sama dengan Praja di ruang kebanggaan IPDN yaitu Menza tadi,” tambahnya.
Dipilihnya IPDN sebagai lokasi retret, lanjut Bima, bukan tanpa alasan. Selain fasilitas yang memadai, lokasinya pun mudah diakses dari Jakarta dan efisien secara pembiayaan.
“Karena di sini fasilitasnya sangat memadai, dan sangat efisien. Artinya, menginapnya enggak bayar. Mengakses ke sini juga cepat ya, dari Jakarta hanya satu jam,” pungkasnya. (jpg)

















