Perang Kamang memiliki keistimewaan tersendiri. Menurutnya ada dua hal membuat perang ini menonjol. Pertama Perang Kamang merupakan bentuk ketidakpuasaan masyarakat terhadap pemberlakuan belasting atau pajak dari pemerintah kolonial Belanda.
Kedua, saat perjuangan bersenjata di pelosok nusantara berhasil dilumpuhkan Kolonial Belanda, masyarakat Kamang dan sekitarnya yang dipimpin Haji Abdul Manan, Datuak Rajo Pangulu dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang, serta tokoh lainnya masih tetap mengadakan perlawanan bersenjata.
Semangat kepahlawanan para pejuang Perang Kamang ini katanya, akan tetap dipelihara dan dilestarikan, serta diwujudkan dalam mendukung semua program pembangunan di segala sektor demi mewujudkan kesejahteraan rakyat.
“Saat ini sudah banyak kita berbuat. Pembangunan terus berjalan, namun tetap diperlukan kerja keras semua pihak untuk menuju kehidupan yang lebih baik,” sebut Benni Warlis.
Meskipun waktu berjalan semakin jauh meninggalkan masa periode perjuangan tersebut, dia berpesan agar tidak melupakan sejarah Perang Kamang.
“Sejarah ini akan terus kita pelihara, salah satu upaya adalah dengan memperingatinya setiap tahun. Sebagai penghormatan atas perjuangan para pejuang, hanya sepenggal do’a yang dapat kita kirimkan sebagai bentuk ucapan terimakasih dari lubuk hati yang dalam,” katanya lagi. (pry)
















