Lalu yang kedua adalah grup Web Hitam. Grup ini memiliki selaput berwarna hitam di kakinya. Berikutnya yang ketiga adalah grup Hijau. Katak ini berwarna hijau muda dan berukuran lebih kecil.
Selanjutnya yang keempat adalah grup Pipi Putih. Ciri-cirinya memiliki bercak putih di sebagian pipinya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Biosistematika Evolusi BRIN Arif Nurkanto menjelaskan, Sulawesi memiliki sejarah geologi yang unik. Pulau ini terbentuk dari pertemuan tiga lempeng besar. Yaitu lempeng Asia, Indo-Australia, dan Pasifik. Pertemuan ketiganya menyebabkan tingginya tingkat endemisitas.
“Secara biogeografi, Sulawesi tidak pernah terhubung sepenuhnya dengan Australia atau Asia, sehingga menghasilkan spesies unik,” ungkapnya.
Penemuan terbaru berupa katak terbang itu, menunjukkan bahwa Sulawesi memiliki angka nomor dua tertinggi dalam penemuan spesies baru di Indonesia. Serta menandakan tingginya keanekaragaman hayati di wilayah tersebut.
“Meskipun penelitian mengenai katak terbang Rhacophorus telah mengungkap beberapa spesies baru dan garis keturunan yang berbeda, masih banyak keanekaragaman amfibi lainnya yang belum teridentifikasi sepenuhnya,” ujar Arif.
Pulau Sulawesi dengan ekosistemnya yang unik dan kondisi geologisnya yang kompleks, berpotensi menjadi rumah bagi spesies amfibi endemik yang belum terdokumentasikan. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk memahami pola evolusi, adaptasi, serta interaksi ekologi amfibi di wilayah ini.
Dia mengatakan, temuan terbaru itu menjadi awal dari eksplorasi panjang. Sehingga akan membuka lebih banyak wawasan tentang kehidupan herpetofauna di Sulawesi dan Indonesia secara keseluruhan. (jpg)
















