Senada dengan itu, Wakil Wali Kota Elzadaswarman menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka agar tidak terjadi mispersepsi di tengah masyarakat. “Kita tidak ingin pembangunan ini menimbulkan kegaduhan atau persepsi negatif. Karena itu, kami hadir di sini, berdiskusi langsung dengan masyarakat dan pemerintah kabupaten. Prinsipnya, tugu ini tidak mengganggu hak hak warga, baik secara administratif maupun sosial,” katanya.
Pertemuan yang dikemas dalam nuansa badunsanak ini juga menjadi ruang bagi masyarakat sekitar untuk menyampaikan pandangan. Beberapa tokoh masyarakat menyampaikan dukungan terhadap pembangunan tugu, selama tidak merugikan pihak mana pun dan tetap menghargai nilai nilai kedaerahan. Pemerintah Kota Payakumbuh pun menyampaikan komitmennya untuk terus berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota serta menghormati ketetapan hukum dan adat yang berlaku. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Daerah, yang menyebutkan bahwa segala proses akan mengikuti peraturan perundang-undangan.
Musyawarah ini ditutup dengan semangat kolaborasi dan kesepahaman, forum ini menjadi tonggak penting dalam membangun komunikasi antar daerah yang harmonis dan saling menghargai. Bupati Lima Puluh Kota, Safni Sikumbang, menyambut baik musyawarah tersebut dan berharap semangat koordinasi seperti ini terus dijaga. “Ini contoh baik bagaimana dua pemerintahan bisa duduk bersama, berdiskusi, dan mendengar masyarakat. Kita akan terus berkoordinasi agar semua langkah ke depan membawa manfaat bagi masyarakat luas,” tuturnya. Dengan mengedepankan prinsip musyawarah untuk mufakat, pembangunan tugu selamat datang ini diharapkan menjadi simbol persaudaraan, lambang keterbukaan dan keramahan Kota Payakumbuh kepada siapa pun yang datang ke kota ini. (uus)




















