Sehingga mewajibkannya berkolaborasi dan bekerjasama mempersiapkan GFC bersama praktisi, penggiat, dan pemerhati followership dari seluruh dunia. Dia mengungkapkan tantangan terbesar dari menjadi panitia GFC adalah beda waktu yang sangat signifikan antara Indonesia dengan AS.
“Karena sebagian besar panitia berada di AS dan Kanada jadi saya terpaksa harus legowo kalau meetingnya online jam 11 malam atau bahkan jam 2 pagi WIB,” jelas Muhsin.
Untuk diketahui Muhsin diakui komunitas followership dunia sebagai pakar followership global. Dia juga sudah mendapatkan sertifikasi standar internasional untuk mengajar followership. Sertifikasi itu dia dapatkan setelah mengikuti program sertifikasi dari pakar followership dunia, seperti Ira Chaleff dan Marc Hurwitz.
Lewat pengalamannya selama 17 tahun lebih sebagai trainer, akademisi, dan praktisi followership, Muhsin berperan besar dalam memperkenalkan dan mengembangkan followership di Indonesia. Muhsin yang juga merupakan karyawan aktif PT Pertamina telah berkontribusi positif dalam penyusunan bahan ajar, penulisan artikel, dan buku followership bersama pakar-pakar followership global.
Muhsin meyakini bahwa pemahaman yang utuh tentang followership sangat penting. Sehingga bisa mendapatkan perspektif yang seimbang dalam memahami dinamika hubungan antara pemimpin (leader) dan pengikut (follower).
Menurut dia, followership merupakan ilmu dan skill yang penting dipelajari serta diterapkan untuk pengembangan diri dan mengasah kemampuan leadership skill. Sehingga pada waktunya dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemimpin dan lingkungan sekitar dalam konteks hubungan pemimpin-pengikut yang kolaboratif (partnership). (jpg)
















