“Semua tentang strategi dan keberuntungan,” ujarnya.
Dominasi strategi di atas kecepatan membuat GP Monaco tahun ini lebih mirip permainan catur daripada balapan. Beberapa tim seperti Racing Bulls dan Williams juga tertangkap kamera menggunakan pembalap belakang untuk “menahan” rombongan, demi membantu rekan setim di depan.
Kondisi ini memunculkan diskusi baru soal perlu tidaknya regulasi tambahan yang bisa mencegah manipulasi taktis seperti itu. Sejumlah pihak, termasuk kepala tim Ferrari, Frederic Vasseur, menyatakan bahwa aturan semacam itu akan sulit diterapkan secara objektif.
Sementara itu, Andrea Stella, prinsipal McLaren, menilai inti masalah tetap sama, tidak ada ruang untuk menyalip. Menurutnya, aturan pit stop tak akan banyak mengubah dinamika balapan selama karakteristik sirkuit Monaco tidak berubah. Harapannya justru ada pada desain mobil F1 tahun depan yang lebih ramping, agar aksi salip-menyalip bisa lebih memungkinkan.
Di tengah segala kritik, Lewis Hamilton tetap melihat sisi positif. “Monaco tetap jadi tontonan luar biasa. Jumat dan Sabtu luar biasa untuk dikemudikan. Tapi Minggunya, yah, seperti hari libur saja,” kelakarnya, dilansir dari AP News, Senin (26/5).
Kesimpulannya, aturan dua pit stop di Monaco memang menambah warna, tetapi belum menjawab masalah utama, yaitu minimnya aksi salip-menyalip. Tanpa perubahan struktural di desain mobil atau karakter trek, balapan di Monte Carlo tampaknya masih akan tetap dianggap sebagai sebuah ‘parade’, dibandingkan dengan balapan. (jpg)
















