Yosnelli menjelaskan, pendidikan inklusif adalah bentuk keberpihakan. Ia lahir dari kesadaran bahwa setiap anak adalah unik, istimewa, dan berhak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang ramah dan mendukung.
Dalam usia emas anak, khususnya anak usia dini,ia tidak hanya bicara tentang kemampuan membaca, berhitung, atau menulis, ia berbicara tentang nilai-nilai dasar kehidupan, cinta, penerimaan, keberagaman, dan empati. “Dalam kapasitas saya sebagai Bunda PAUD, ada dua hal yang menjadi catatan bagi kita semua yaitu pertama, saya mengajak seluruh pengelola satuan PAUD, baik formal maupun nonforÂmal, untuk mulai memahami, mempersiapkan, dan melaksanakan pendekatan inklusif dalam kegiatan pembelajaran. Pendidikan anak usia dini bukan hanya untuk anak yang “mudah diajar”, tetapi juga untuk mereka yang membutuhkan sentuhan lebih sabar, lebih lembut, dan lebih mendalam,” ujarnya.
“Kedua, saya mengimbau kepada seluruh orang tua, agar turut membangun lingkungan yang inklusif di rumah. Jangan ada lagi anak yang disembunyikan karena berbeda. Jangan ada lagi anak yang dikucilkan karena dianggap tidak “normal”. Mari kita tanamkan dalam hati bahwa perbedaan bukan alasan untuk memisahkan, tetapi jembatan untuk saling memahaÂmi,” ujarnya. (efa)
