Terlepas dari nonteknis tersebut, ada hal menarik dari pertemuan Semen Padang vs Arema. Data statistik di lima pertemuan terakhir, Semen Padang tak pernah menang. Fakta ini tak bisa dibantah. Kendati begitu, bukan berarti Semen Padang tak pernah menang menghadapi Arema saat laga di Jawa Timur.
Sebuah kisah manis dilukiskan dengan tinta emas oleh legenda Semen Padang, 33 tahun silam. Para legenda itu diantaranya adalah Trisno Afandi, Afdal Yusra, Joni Effendi, Delfiadri, Nil Maizar, Endra M, Weliansyah dan kawan-kawan.
Ketika itu ada Piala Liga, tahun 1992. Sebuah turnamen resmi jelang kompetisi. Babak enam besar dibagi dua grup. Semen Padang, Petrokimia Gresik dan Pelita Jaya berada dalam satu grup. Main pertama, Semen Padang menahan imbang Pelita Jaya, 1-1. Pelita Jaya vs Arema, 1-1. Semen Padang vs Arema, 2-1. Semen Padang juara grup, kemudian di final bertemu Arema.
Suhatman Imam, sang pelatih dimasa itu, mengenang bahwa perjalanan menjelang sampai ke final merupakan sebuah langkah yang tidak masuk akal.
Trisno Afandi menyebutkan, tim berangkat dalam dua kelompok terbang. Pemain yang berangkat pertama, diantaranya Trisno Afandi, sedangkan pemain lain justru sampai di Gresik lewat dinihari, beberapa jam sebelum pertandingan.
Afal Yusra, Wing Back Kiri, mengenang peristiwa tersebut sebagai sesuatu yang membuatnya sedih. Ia terpaksa harus jadi penonton saat partai final karena tangannya patah.
Tempat Afdal Yusra kemudian dipercayakan kepada Joni Effendi, walau posisi Joni di Wing Back Kanan. Bagi Joni, partai tersebut sangatlah penting. Disaat penyisihan, Ia bermain cemerlang, tapi di enam besar, Ia tak dibawa ke Gresik. Setelah Afdal Yusra cedera, barulah Joni dipanggil menghadapi partai final.
Nil Maizar punya kesan khusus pada tim. Kelebihan dari tim ini, kata Nil Maizar, salah satu pilar Semen Padang kala itu, justru karena kekompakan tim, padahal banyak masalah yang dihadapi saat itu.
Weliansyah juga punya pengalaman menarik. Ia merasakan, partai tersebut sangatlah menarik. Sangat ketat.
Kendati momentumnya berbeda, partai tersebut sangatlah penting bagi kedua tim. Bagi tuan rumah Arema, pertandingan tersebut menjadi ajang pembuktian bahwa mereka lebih baik dari Semen Padang. Mereka tentu ingin meneruskan trend positifnya. Lima laga terakhir, tak terkalahkan oleh Semen Padang.
Bagi tim Kabau Sirah, ini adalah partai hidup mati. Tak kalah pentingnya dari laga 33 tahun silam. Draw, apalagi kalah, maka nasibnya ditentukan oleh hasil dua pesaingnya, bertahan atau tersingkir dari Liga 1 musim depan. Kemenangan menjadi satu-satunya jalan tak terbendung bagi dua pesaingnya, sekaligus menjadi pemisah rekor buruk bertemu Arema. (*)
















