Menyinggung tentang adanya perbedaan pola dan arti dari titi (tato) khas Mentawai di setiap daerah, Jakop menyebutkan adanya perbedaan itu justru memperkaya budaya Mentawai. Jakop menekankan kegiatan pelatihan yang digelar jangan hanya berhenti sampai disini, tapi juga harus dilanjutkan dengan adanya Lembaga yang mewadahi.
Kata Jakopn dengan adanya Lembaga yang mewadahi para pelaku seni dan ada kesepakatan dari pemerintah dan pelaku budaya tentang atribut atribut khas Mentawai, maka Pemerintah dapat dengan mudah untuk mendorong dengan penyediaan anggaran.
“Implementasinya harus jelas, ada lembaganya, dan bila perlu ada museum nanti, tapi sekarang kita mulai dulu dari jenjang sekolah, dari SD sampai SMA nanti kita kuatkan dalam kurikulum muatan lokal, supaya anak-anak ini mengerti tentang budanya,” tegas Jakop
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Mentawai Aban Barnabas menyebutkan, tujuan diadakan kegiatan pelatihan adalah untuk mendorong kemajuan kebudayaan Mentawai sekaligus melestarikan warisan budaya tak benda Indonesia.
Pelatihan yang bakal digelar sampai Rabu (21/05-2025) itu diikuti sebanyak 50 orang terdiri dari para guru SD, SMP se-Kabupaten Mentawai, dan para pelaku seni dengan materi tentang pembuatan atribut tradisional Mentawai seperti Kalung (Inu), Ikat kepala (Luat), dan aksesoris khas Mentawai lainnya. (rul)




















