“Pacu kuda tidak hanya menjadi olahraga berprestasi, tetapi juga telah menjadi bagian dari sejarah dan kebudayaan Minangkabau yang tak terpisahkan,” jelas Benni.
Menurutnya, pelestarian pacuan kuda tidak hanya penting dalam konteks budaya, tetapi juga dapat menjadi daya tarik wisata unggulan untuk mempromosikan kekayaan tradisi dan keunikan daerah.
“Melalui pacuan kuda ini, kita berharap dapat membangkitkan kembali geliat pariwisata di Sumbar, khususnya di Agam dan Bukittinggi,” tutupnya.
Ajang ini menjadi momentum penting untuk memperkuat identitas budaya lokal sekaligus membangun potensi ekonomi melalui sektor pariwisata berbasis tradisi. (pry)




















