Direktur Teknik Garuda Indonesia Rahmat Hanafi menjelaskan armada tersebut seluruhnya membutuhkan perawatan yang memakan waktu lama.
Pasalnya, hingga saat ini pihaknya masih terkendala oleh dinamika rantai pasok suku cadang pesawat yang kini melanda hampir sebagian besar pelaku industri transportasi udara dunia.
“Berkenaan dengan upaya optimalisasi kapasitas produksi tersebut, saat ini terdapat 1 armada Garuda Indonesia dan 14 armada Citilink yang tengah menunggu percepatan penjadwalan perawatan rutin berupa proses heavy maintenance, termasuk penggantian suku cadang, untuk kembali siap beroperasi,” kata Rahmat Hanafi dalam keterangannya, Selasa (6/5).
Meski begitu, pihaknya berkomitmen agar keseluruhan proses perawatan armada tersebut dilaksanakan pada tahun ini. Walaupun, kata dia, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan.
Itu sebabnya, Rahmat menyebut pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang demi memastikan dan menjaga standar keselamatan dan kelaikan terbang.
“Dapat kami sampaikan pula bahwa proses heavy maintenance sendiri diperlukan guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang tetap terjaga untuk pesawat yang akan dioperasikan,” jelasnya. (jpc)
















