Melalui Manggili Buni, keindahan tidak selalu terwujud melalui bentuk, tetapi bisa melalui maksud, tujuan atau ekspresi. Manggili Buni karya musik hasil dari penafsiran ulang terhadap kehadiran ornamentasi pada permainan instrumen Musik tradisional Minangkabau.
Karya ini digarap dengan genre elektro akustik sebagai ekspresi musikal guna memperkaya pengolahan aspek kompositoris baik dari varian nada dan pola ritme hingga perubahan warna bunyi.
Penggarapan musik elektronik dibagi ke dalam dua tahapan yaitu signal processing (pengolahan bunyi akustik secara digital) dan sound synthesis (generator sumber suara elektronik).
Penampilan terakhir malam itu, pertunjukan musik dari Parewa Limo Suku yang bertajuk ”Langkah Bersenandung.” Karya musik ini berlatar belakang musik tradisi Minangkabau,yang digarap baru ke dalam bentuk penyajiannya.
Pola dasar penggarapan musik ini berpijak dari tatanan kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan mengggunakan alas kaki tangkelek melambangkan bunyi langkah untuk memulai sebuah perjalanan yang dihadirkan sebagai simbol utama yang menghasilkan bunyi.’
Pada pola penggarapan musik ini adalah dari tataan kehidupan masyarakat Minangkabau, dalam melakukan pekerjaan memanen padi di sawah. Memanen padi yang di lambangkan dengan malambuik dan maangin padi yang diselingi dengan senandung serta gurauan dari para pemain.
Direktur Kaba Festival, Angga Mefri mengatakan, sebelumnya pembukaan Nan Maurak Alek, Jumat malam (25/4) menampilkan tari kolosal “Asok dari Tungku”pada malam pembukaan.
Selain malam kedua menampilkan tiga pertunjukan seni musik tersebut, rangkaian Nan Maurak Alek pada hari ketiga Minggu (27/4) menampilkan Komunitas Seni Gaung Ganto dari Padang, Rio Mefri dari Padang dan Old Track Teater dari Padang.
“Pada hari terakhir, Senin (28/4) menampilkan Mila Rosinta dari Yogyakarta, Muhd Sharul Mohd dari Singapura, Razan Wirjosandjojo dari Solo dan Rianto dari Banyumas,” terangnya.(fan)
















