“Dan kondisi ini pada akhirnya akan memaksa sebagian petani menjual hasil panen ke luar daerah. Contoh saja, teman saya, seorang pemilik kebun sawit seluas 2.000 hektare di Sungai Dareh, saat ini dia lebih memilih mengirim TBS ke PT. Kemilau Permata Sawit Sijunjung (KPSS) di Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung,” ungkapnya.
Dengan kondisi pabrik di Dharmasraya yang terbatas dan antreannya bisa terlalu lama, dikatakan Jhon, tentu sangat logis jika teman saya tersebut lebih memilih untuk menjualnya ke Sijunjung daripada ikutan antri dan beresiko buah membusuk.
“Namun, praktik ini tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan dari sektor sawit, baik dalam bentuk pajak, maupun DBH (Dana Bagi hasil) erkebunan,” jelasnya.
Melihat dampak ekonomi yang cukup besar, Jhon Nasri berharap, agar Pemkab Dharmasraya dapat menemukan solusi yang konkret untuk permasalahan ini, apalagi masalah ini juga bisa dikatakan mendesak untuk segera dicarikan jalan keluarnya sebab menyangkut hajat hidup masyarakat banyak.
“Misalnya, salah satu solusi yang mungkin untuk saat ini adalah dengan mendirikan pabrik sawit yang berada dibawah naungan pemerintah daerah, atau menarik investor, dan mempermudah regulasi,” tutupnya. (cr1)
















