Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dalam Kitabnya, Imam Ahmad meriwayatkan dari Asy-Sya’bi, ia bercerita bahwa Abu Jubairah bin Adh-Dhahhak memberitahunya, ia bercerita dan mengatakan,
“Rasulullah SAW pernah tiba di Madinah dan di antara kami tidak seorang pun melainkan mempunyai dua atau tiga nama. Dan jika beliau memanggil salah seorang dari mereka dengan nama-nama tersebut, maka mereka berkata: ‘Ya Rasululah, sesungguhnya ia marah dengan panggilan nama tersebut’”.
Tafsir Qs Al-Hujurata ayat 12, menerangkan tentang larangan ghibah seperti dinukil dari Tafsir Kemenag RI. Saking buruknya ghibah, perbuatan ini diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Oleh karenanya, muslim diperintahkan untuk menghindari perbuatan ghibah. Allah SWT menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal satu sama lain, bukan sebaliknya.
Sang Khalik tidak menyukai orang yang sombong. Sesungguhnya semua manusia sama di sisi Allah SWT, yang paling mulia di antaranya hanyalah orang-orang yang bertakwa.
“Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi orang yang mulia di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang lahir maupun yang tersembunyi, Mahateliti sehingga tidak satu pun gerak-gerik dan perbuatan manusia yang luput dari ilmu-Nya,” tulis Tafsir Kemenag RI pada surat Al-Hujurat ayat 12.
Sementara itu, dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menafsirkan bahwa surat Al Hujurat ayat 12 menjelaskan tentang prasangka yang termasuk dosa. Ini dikarenakan prasangka merupakan tuduhan yang tidak beralasan dan dapat memutus silaturahmi antara satu dan yang lainya.
Begitu pula dengan menggunjing yang artinya membicarakan aib serta keburukan seseorang. Bergunjing atau ghibah termasuk perilaku munafik juga perbuatan hina dan pengecut.
“Begitulah hinanya (ghibah)! Kalau engkau seorang manusia yang bertanggung jawab, mengapa engkau tidak mau mengatakan di hadapan orang itu terus terang apa kesalahannya, supaya diubahnya kepada yang baik?” bunyi tafsir surat Al Hujurat ayat 12 oleh Buya Hamka. (*)
















