PEKANBARU, METRO–Dualisme peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 menjadi panggung bagi para jurnalis untuk menentukan sikap. Di tengah ketidakpastian, Syamsoedarman, wartawan senior asal Padang Panjang, membuat keputusan berani yang mengubah jalannya sejarah kecil di dunia pers.
Semula, ia dijadwalkan menerima Press Card Number One (PCNO) di Banjarmasin, lokasi peringatan HPN versi PWI Pusat HCB. Namun, Syam memilih arah berbeda—berlabuh di Pekanbaru, pusat HPN 2025 yang dipimpin oleh Ketua PWI Pusat Zulmansyah Sekedang.
“Keputusan ini adalah langkah tepat, bukan hanya bagi Syam, tapi juga sebagai simbol keberpihakan kepada makna HPN yang sesungguhnya,” ujar Ketua PWI Sumbar, Widya Navies. “Pekanbaru adalah tempat yang lebih relevan dengan semangat kebersamaan insan pers.”
Langkah Syam mendapat apresiasi luas. Wakil Ketua PWI Sumbar, Syawir Pribadi, menyebut keputusan itu sebagai bukti bahwa Syam tak hanya jurnalis berpengalaman, tetapi juga sosok yang berani mengambil sikap di tengah perbedaan.
“Dalam dunia pers, mengambil keputusan yang benar di saat sulit adalah keberanian tersendiri. Syam membuktikan itu,” ujar Syawir.
Kisah Syamsoedarman dalam dunia jurnalistik tak lepas dari perjalanan panjang penuh liku. Ia memulai karir sebagai wartawan Koran Masuk Desa (KMD) Harian Singgalang di era 1970-an. Tulisannya yang tajam dan konsisten tentang profil desa serta berita nagari kecil membawanya naik pangkat dari wartawan lepas menjadi wartawan tetap, hingga akhirnya meniti karir sebagai Redaktur Pelaksana.
“Saya tidak pernah membayangkan bisa berada di titik ini. Dulu, setiap berita yang saya kirim lewat pos, saya tunggu dengan harap-harap cemas. Ketika dimuat, rasanya seperti mendapat hadiah besar,” kenang Syam dengan mata yang berbinar.
Ia ditempa oleh mentor keras, Syahruddin Said alias Pak Indin, yang mengajarinya pentingnya disiplin dalam menulis. “Kalau berita bertele-tele, jangan harap bisa tembus redaksi,” ujarnya mengenang gaya didikan sang mentor.
