“Kondisi sekarang kan aneh, kok masyarakat pedesaan kok dibuat menjadi sangat tergantung kehidupanya dengan gas elpiji,” ujara Durain seperti yang disampaikan Adek Edwar.
Dikatakan Durain, energi biomassa lebih cocok untuk masrarakat pedesaan, yang banyak memiliki biomassa berupa kayu kering dan daun kering.
“Menyuruh masyarakat Jakarta dan perkotaan menggunakan kompor energi biomassa itu jelas sebuah kebodohan, sama halnya menyuruh masyarakat pedesaan yang kaya energi biomassa menggunakan kompor gas elpiji untuk kehidupan sehari-hari,” bebernya, yang saat itu didampingi Dr Osronita, Puslitbang Geopark dan Lingkungan Hidup dari Unitas Padang.
Ditambahkanya, pengembangan kompor minyak jelantah dan oli bekas atau kompor energi hybrid bimassa bebas asap dan ramah lingkungan untuk pedagang gorengan dan UMKM makanan gorengan dan biayanya lebih murah.
“Ketergantungan LPG di pedesaan mesti diantipasi dengan teknologi kompor biomassa hybdrid oli bekar dan minyak goreng bekas. Selain murah, juga ramah lingkungan karena menggunakan limbah oli dan limbak minyak goreng, limbah kayu, kain dan kertas plastik,” pungkas Durain. (rom)


















