BYPASS, METRO – Pusat Pengendalian Operasi Penaggulangan Bencana (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pengecekan dan pemeriksaan sirene tsunami yang terpasang di 20 titik, Selasa (26/3).
Pada kegiatan yang dilaksanakan secara rutin ini dilakukan untuk memastikan peralatan tersebut berfungsi baik. Dari hasil pengecekan, terdapat 14 sirene yang hidup, satu tidak hidup, empat dalam perbaikan dan satu dalam proses pemindahan, dan semuanya normal. Bunyinya sangat keras dan bisa menjangkau 1 kilometer.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Padang, Nasrul Sugana mengatakan, tes membunyikan sirene tsunami ini dilakukan setiap tanggal 13 dan 26 dalam bulan-bulan yang telah ditentukan. Hal ini, untuk memastikan agar semua sirene yang terpasang tidak rusak.
”Sebelum dilakukan tes sirene milik Pemko sebanyak 20 unit, kita terlebih dahulu melakukan pengumuman lewat pengeras suara bahwa pada pukul 10.00 WIB. Kita memberi tahu masyarakat, kalau akan dilakukan uji coba sirene tsunami, agar masyarakat tidak panik,” kata Sugana.
Hasil tes tersebut sebutnya, dilaporkan ke Kepala Pelaksana BPBD Kota Padang, BMKG, Wali Kota Padang, BPBD Sumbar dan diteruskan ke BNPB yang ada di pusat. Tes dilakukan dengan menekan tombol sirene itu dipusatkan di ruang operasi Pusdalops PB BPBD Kota Padang.
”Kita melakukan aktivasi atau penekanan sirene selama 3 menit dan sirene itu terhubung ke seluruh titik yang terpasang. Dan hasilnya semuanya berjalan normal di 14 titik. Terkait 1 titik yang tidak hidup, akan segera dilakukan perbaikan sedangkan sisanya sedang dalam proses perbaikan “ ungkap Sugana.
Kalaksa BPBD Kota Padang, Edi Hasymi mengatakan, sebenarnya seluruh pantai di Kota Padang bisa berpotensi tsunami. Pemeriksaan rutin dengan cara itu dilakukan juga sebagai tindak lanjut kesiapsiagaan mereka apabila bencana tsunami terjadi. Sebab bisa saja, speaker yang terhubung dengan sirene itu tidak berfungsi, sehingga masyarakat tidak mengetahui akan ada bencana.
”Kita berharap dengan terus dilakukan uji coba, masyarakat di daerah peta bencana tersebut bisa lebih sadar. Sebab ketika sirene itu bunyi bukan pada tanggal 13 dan 26 setiap bulan atau sirene bunyi tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu maka di situlah mereka harus tahu ke mana jalur evakuasi,” ujarnya.
Edy Hasymi menjelaskan sebagai tanda peringatan, sebenarnya media kentongan (kulkul) atau sarana lain bisa dipakai untuk memberi peringatan dini ke warga sekitar pantai untuk menjauhi pantai bila tsunami terjadi. Hal itu sebagai bentuk upaya mitigasi bencana.
”Artinya, respon warga dan petugas jejaring kita perlu juga kita tingkatkan kapasitasya untuk peduli, siaga dan bersiap. Pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala terhadap fungsi sirene peringatan tsunami yang ada di Kota Padang akan terus kita laksanakan mengingat wilayah kita sangat rawan,” pungkasnya. (rgr)