PADANG, METRO – Peringatan Hari Air Dunia (HAD) XXVII yang dilaksanakan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) V, ditandai dengan rangkaian kegiatan peduli lingkungan dan bhakti sosial.
Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian PUPR, Maryadi Utama mengatakan, peingatan HAD XXVII diawali dengan kegiatan gotong royong (goro) bersih-bersih sungai di Batang Arau, Kota Padang, Sabtu (23/3). Juga ada kegiatan pertandingan gateball, di Lapangan Gateball BWSS V, yang diikuti jajaran BWSS V.
Kemudian juga ada pawai simpatik pada car free day (CFD), Minggu pagi (24/3) di Jalan Khatib Sulaiman. HAD XXVII juga disi dengan kegiatan donor darah di Kantor BWSS V, Rabu (27/3) dan sarasehan di Universitas Negeri Padang (UNP), Senin (1/4) serta walkthrough di Sungai Batang Kuranji, Selasa (2/4).
Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno saat pembukaan goro bersih-bersih sungai di Batang Arau menyebutkan, kegiatan goro, selain memeringati HAD, juga momentum memeringati Hari Peduli Sampah Nasional. Saat ini seluruh dunia dan pemerintah memberikan perhatian terhadap air.
“Saat ini sumber air berkurang, sementara masyarakat bertambah dan kebutuhan air juga ikut bertambah. Kondisi lingkungan saat ini, serapan air berkurang. Sehingga berdampak berkurangnya air,” ungkap Irwan.
Ia menjelaskan, kondisi air ini menjadi permasalahan umat manusia. Karena itu dikeluarkan kesepakatan dunia pencanangan hari air dunia, agar lingkungan air tetap terjaga.
“Jika lingkungan air terjaga, maka kebutuhan air berlanjut. Kita bisa hidup dengan adanya air. Semuanya harus dapat akses air dan air bersih. Untuk mencapai target kebutuhan air tersebut, caranya dengan menjaga lingkungan,” terang Irwan.
Kemudian juga diperingati Hari Peduli Sampah Nasional. Untuk mengatasi permasalahan sampah, menurut Irwan, harus dimulai dari pribadi masing masing. Sampah luar biasa dampaknya. Sampah plastik tidak bisa dihancurkan dalam hitungan hari. Termasuk sampah rumah tangga. Karena itu, untuk mengatasi masalah sampah harus libatkan langsung masyarakat agar membersihkan pekarangan dan lingkungan. “Harus dimulai dari diri sendiri,” harapnya.
Termasuk membersihkan sungai di Batang Arau ini, juga termasuk menyikapi masalah sampah yang banyak ditemukan di laut dan di pinggir pantai. Sampah di laut yang mengakibatkan terganggunya biota laut dan keindahan pantai. “Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan Sungai Batang Arau menjadi bersih dan bisa digunakan untuk objek wisata air dan tempat kuliner,” kata Irwan.
Irwan juga mengimbau seluruh warga yang berada di sekitar sungai Batang Arau untuk tidak membuang sampah ke sungai. Karena, dengan membuang sampah ke sungai dapat menganggu habitat laut dan menganggu para nelayan dalam mencari ikan.
“Semoga kegiatan ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di sembarang tempat,” terang Irwan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, Yosmeri mengatakan, gotong royong membersihkan sungai ini melibatkan sedikitnya 2.500 orang yang dibagi menjadi beberapa segmen.
“Ada enam segmen yang kita bagi dalam enam pos. Semua itu kita lakukan agar pembersihan sungai dapat selesai dengan cepat,” terangnya.
Direncanakan, dalam tiga bulan ke depan, kegiatan gotong royong ini akan dilaksanakan setiap minggu. Ia menyebutkan, salah satu alasan digelarnya kegiatan tersebut, karena DKP peduli akan kebersihan sungai. Artinya apabila sungai bersih, maka ikan-ikan yang hidup di dalam Batang Arau ini dapat hidup dengan baik. Hal ini dikarenakan, sampah tidak hanya mencemari udara, tapi juga mengganggu ekosistem ikan yang ada di dalam sungai.
Yosmeri menyatakan, sampah-sampah yang banyak bertebaran di Batang Arau itu kebanyakan sampah dari rumah tangga yang sengaja dibuang ke sungai, yang akhirnya masuk ke laut berakibat tercemarnya laut.
Dikatakannya, salah satu bentuk sampah yang telah mengganggu hasil tangkapan nelayan, terlihat bagi nelayan pukat yang ada di Pantai Purus Padang. Dari 5 baskom hasil tangkapan ikan yang menggunakan pukat, kini dengan kondisi banyaknya sampah, telah mengurangi hasil tangkapan yakni tidak lebih dari tiga baskom.
“Saya melihat langsung bahwa isi pukat nelayan itu banyak berisi sampah rumah tangga seperti plastik, kain, baju, kaleng, dan lain sebagainya. Besarnya limbah di Batang Arau, juga pernah terjadi di beberapa sungai lainnya seperti Batang Anai, Banda Bakali,” ucapnya.
Yosmeri melihat, dengan adanya kegiatan gotong royong itu untuk mengeduíasi masyarakat dalam budaya hidup bersih dan menjaga air. Selain itu, melalui kegiatan tersebut juga akan menumbuhkan kesadaran lingkungan, sehingga penataan Batang Arau bisa lebih baik dan menjadi tujuan wisata air.
“Ke depan saya rencanakan, mengajak ajak beberapa OPD terkait untuk tetap edukasi masyarakat bantaran sungai, agar peduli sampah. Dengan ploging tiap Rabu di bantaran sungai, minimal untuk membuat masyarakat bertanggung jawab pada lingkungan, dengan tidak membuang sampah ke sungai,” terangnya. (fan)