Teknik ini, yang sudah dikuasainya bertahun-tahun, membuat durian yang mereka jual selalu memiliki cita rasa yang memuaskan.
Namun, berjualan durian tidak selalu berjalan mulus. Setiap hari, ada sekitar 20 buah durian yang busuk dan tidak dapat dijual. Meski demikian, Syamsir dan Yusmanidar selalu menjaga integritas mereka.
Jika ada pelanggan yang membeli durian busuk, mereka dengan sigap menggantinya dengan yang baru. “Kami selalu berusaha mengganti durian yang rusak, meskipun itu artinya kami harus menanggung kerugian,” kata Syamsir.
Kerugian tersebut tentu tidak sedikit, namun bagi mereka, menjaga reputasi dan kepercayaan pelangÂgan jauh lebih penting.
“Kami ingin pelanggan datang lagi dan menjadi pelanggan tetap, bukan hanya sekali beli. Itu yang memÂbuat usaha ini terus bertahan,” tambah YusmaÂniÂdar.
Tak hanya menjual durian utuh, Yusmanidar juga menambah pendapatan keluarga dengan menjual ketan durian yang menjadi pilihan favorit banyak pembeli.
Ketan durian dijual dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp15.000 per porsi. Sedangkan ketan biasa dihargai Rp10.000, dan durian yang sudah dikupas dijual seharga Rp20.000. “Ketan durian menjadi alternatif lain bagi pembeli yang ingin merasakan durian dalam bentuk olahan,” ujar Yusmanidar.
Meski musim durian hanya datang sekali setahun, semangat Syamsir dan Yusmanidar untuk memberiÂkan yang terbaik bagi pelanggan tak pernah padam. DaÂlam kesederhanaan, mereka membuktikan bahwa konÂsistensi dan komitmen terhadap kualitas adalah kunÂci untuk bertahan dalam usaha yang penuh tantangan ini. (rmd)




















