“Mereka bisa mandiri, bisa menghasilkan, tingkat pengangguran berkurang. Masyarakat bisa diberdayakan menjadi pemandu wisata, punya homestay, menjual kerajinan dan kuliner. Sehingga ekonomi masyarakat bergerak dan meningkat. Harus banyak pembenahan yang dilakukan dan juga banyak melibatkan berbagai pihak,” harapnya.
Ketua TP2 DEWI Sumbar, M. Zuhrizul mengatakan, dalam persiapan roapmap desa wisata ke depan perlu dilakukan sertifikasi dan standarisasi. “Terutama atraksi minat khusus. Kalau di laut ada sertifikasi selam, di gunung atau sungai ada sertifikasi untuk paralayang dan arung jeram. Termasuk sertifikasi guide di desa wisata,” terangnya.
Setelah disertifikasi, juga perlu standarisasi. Penginapan harus sudah standar dan layak. Kegiatannya suÂdah ada paket desa wisatanya. Ada paket wisata menginap sehari, dua hari, seminggu dan lainnya. “Jika ini sudah dilakukan baru beredar uang di desa wisata. Masyarakat bisa merasakan manfaat dengan uang beredar di desa itu,” terang Zuhrizul.
Kalau ada sarana dan prasarana homestay yang belum layak, seperti toiletnya, maka di sinilah peran wali nagari dan pemerindah daerah. “Melalui dukungan kerja sama dengan BUMDes bisa untuk memperbaiki sarana dan praÂsaÂrana di desa wisata itu,” terangÂnya.
Zuhrizul menegaskan, deÂsa wisata bukan objek wisata di desa. Tapi seluruh potensi di deÂsa wisata itu menjadi daya tarik. Apapun yang dilakukan masyarakat di desa itu menjadi daya tarik. Termasuk kearifan lokal dan kehidupan masyaÂrakat sehari-hari, seperti bertani, bercocok tanam.
Segmen pasar desa wisata ini orang kota yang ingin menikmati hidup di desa. Para pelajar dan mahasiswa yang ingin belajar di desa. “Mereka datang ke desa wisata ada edukasi di desa, belajar adat budaya kearifan lokal dan kegiatan kerajinannya seperti menenun dan sebagainya. Mereka berkunjung menginap sambil belajar,” terangnya.
Zuhrizul mencontohkan, Desa Wisata Terbaik Dunia yakni Wukirsari yang tidak punya objek wisata, tetapi orang yang datang bisa belajar membatik. Sehingga membawa kenangan pulang dari desa tersebut. “Untuk mewujudkan itu perlu komitmen perangkat desa atau nagari, baik itu Bamus Nagari, KAN, Alim Ulama Cadiak Pandai. Komitmen berupa membuat rambu-rambu pengunjung yang menginap apa yang boleh dan tidak boleh. Lalu dilakukan bimtek,” tegasnya.
Setelah ada sertifikasi dan standarisasi, maka perlu ada keberlanjutan. Untuk mempertahankan nilai-nilai yang ada di desa wisata, perlu dilakukan konservasi. Sehingga dapat menjaga nilai adat, budaya lingkungan dan alamnya. Termasuk kearifan lokalnya. “Jika semua itu terjadi, maka desa wisata itu akan semakin mahal,” terangnya.
Penghargaan ADWI Tahun 2024
Tahun 2024 ini, Provinsi Sumbar meraih prestasi luar biasa pada ajang Apresiasi Desa Wisata (ADWI) tahun 2024 tingkat nasional yang digelar Minggu, 17 November 2024 lalu di Gedung Teather Tanah Airku Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Tiga desa wisata di Sumbar masuk 50 terbaik se-Indonesia. Desa Wisata Pesona Pagadih di Kabupaten Agam masuk 10 besar dari 10 terbaik kategori kelembagaan dan SDM. Prestasi juga diraih Nagari Ampiang Parak Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) yang meraih juara 3 dari 10 terbaik kategori resiliensi untuk Desa Wisata Ekowisata berbasis PRB. Desa Wisata Danau Diateh Alahan Panjang Kabupaten Solok juga berhasil juara 2 dari 10 terbaik kategori digitalisasi.
Mahyeldi bersyukur atas prestasi yang diraih desa wisata Sumbar pada ADWI tahun 2024. Menurutnya, itu bukti dari efektifnya pembinaan pariwisata di Sumbar.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung peÂngemÂbangan desa wisata di Sumbar. Dengan keberhasilan itu, Mahyeldi berharap sektor pariwisata Sumbar lebih berÂkemÂbang, baik dari segi kualitas maupun jumlah kunjungan.
ADWI 2024 hadir tidak hanya fokus pada sisi penghargaan, tetapi disertai pendampingan untuk penguatan tata kelola desa menuju desa wisata mandiri dan berkelanjutan.
Pada ADWI 2024 yang bertajuk “Desa Wisata menuju Pariwisata Hijau Berkelas Dunia” ini juga ada kampanye sadar pariwisata 5.0. Yakni, program membangun pola pikir masyarakat, agar menjadi pemeran aktif dan berpartisipasi mewujudkan iklim positif bagi tumbuh berkembangnya maÂsyarakat di era society 5.0.
Menteri Pariwisata RI, Widiyanti Putri Wardhana mengatakan, tahun ini terdaftar 6.016 desa wisata dari 35 provinsi di Indonesia. Dengan tema Desa Wisata Hijau Berkelas Dunia dan Berdaya Saing Global, Widiyanti mendorong desa wisata bisa mandiri, berkelanjutan dan berdaya saing global.
Sebelumnya, tahun 2023, ada lima desa wisata Sumbar mendapatkan penghargaan ADWI. Yaitu, Desa Wisata Nyarai Kabupaten Padang Pariaman, Desa Wisata Lawang Kabupaten Agam, Desa Wisata Kubu Gadang Kota Padang Panjang, Desa Wisata Kampung Adat Sijunjung di Kabupaten Sijunjung, Desa wisata Muntei Kabupaten Kepulauan Mentawai. (**)
















