Selly berharap, ke depan Gus Miftah dapat memperbaiki gaya berdakwahnya agar tidak melukai perasaan orang lain, sekalipun maksudnya adalah hanya ingin bercanda dan menghidupkan suasana.
“Suka atau tidak suka, sebagai Utusan Khusus Presiden, ada pesan moral dan fungsional yang melekat padanya. Di dalamnya terdapat mandat bagaimana beliau memfasilitasi kerukunan umat beragama,” jelas Selly.
Lebih lanjut, Selly menekankan ceramah-ceramah candaan satir seperti yang disampaikan Gus Miftah ke bakul es teh memang sebenarnya lumrah terjadi di masayarakat. Namun, dalam konteks Gus Miftah ini, pihak yang dijadikan candaan subjeknya hadir dan tampak jelas, sehingga sangat mempertontonkan jarak kelas sosial.
“Gus Miftah sebagai pendakwah kondang dan utusan khusus presiden berada di atas panggung, sementara di sisi lain penjual es yang hanya bermodalkan kayu nampan di atasnya terdapat minuman di kerumunan jamaah. Tapi bukannya kemudian dibeli itu es, justru diolok-olok sembari membawa pesan tasawuf,” pungkas Selly.(jpc)
















