“Ketinggian abu yang teramati di Pos Pengamatan Gunung Marapi di Bukittinggi paling tinggi itu pada hari ini 800 meter dari puncak kawah Marapi,” katanya, Kamis (7/11).
Dia menyampaikan bila dilihat Rabu (6/11) kemari itu jumlah letusan yang tercatat hanya satu kali dan hembusan sebanyak 3 kali. Dengan adanya peningkatan aktivitas Gunung Marapi ini, PVMBG berharap betul kepada masyarakat untuk mematuhi imbauan atau rekomendasi yang telah disampaikan.
Rekomendasi yang dimaksud yakni mengimbau kepada masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) Gunung Marapi.
Kemudian masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
“Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA),” jelasnya.
Dikatakannya tingkat aktivitas Gunung Marapi akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Dimana untuk tingkat aktivitas dan rekomendasi Gunung Marapi ini tetap berlaku selama surat/laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan.
BNPB Minta Pemda Cepat Mengambil Langkah Antisipasi
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto meminta pemerintah daerah agar cepat mengambil langkah antisipasi. Ini terkait potensi dampak yang ditimbulkan kepada warga di sekitarnya dari aktivitas Gunung Marapi yang kini berstatus Siaga/Level III.
“Termasuk bila diperlukan segera melakukan evakuasi warga. Ini harus direspon cepat. Mengevakuasi warga merupakan langkah yang paling aman supaya mereka terhindar dari bahaya bencana. Kemudian upaya mitigasi bisa dilakukan dengan aman, seperti membuat hujan buatan, tapi segala sesuatunya mesti dipertimbangkan secara baik,” kata Suharyanto, Kamis (7/11).
Berdasarkan peta risiko kerawanan bencana yang dimiliki BNPB, selain lontaran material vulkanik, endapan material di sekitar kawah/lereng Gunung Marapi juga berisiko. Ini bahaya bagi masyarakat karena sewaktu-waktu dapat turun melalui aliran sungai ketika diguyur hujan berintensitas deras dan berdurasi panjang.
Hal ini sebagaimana peristiwa yang terjadi pada awal Mei 2024, sedikitnya 1.000 meter kubik endapan material vulkanik di bibir kawah Gunung Marapi mengalir terbawa hujan deras. Hingga menyebabkan jumlah korban dan kerusakan yang signifikan di lima kabupaten/kota, salah satunya Kabupaten Tanahdatar dan Agam.
“Banjir lahar dingin juga patut diantisipasi, jangan sampai masyarakat tidak siap. Untuk menurunkan endapan itu bisa dilakukan dengan hujan buatan atau mengendalikan supaya hujan bisa normal dengan operasi modifikasi cuaca,” tutupnya. (pry/*)

















