Luhur Budianda mengatakan, ekraf memiliki 17 sub sektor. Berbeda dengan UMKM. Ekraf itu dapat dikatakan ekraf apabila ada nilai tambah suatu produk yang memiliki kekayaan intelektual. Ada, kuliner, fesyen kriya, film, game, desain grafis, arsitektur dan lainnya.
Di Sumbar, ada tiga sub sektor unggulan ekraf yang telah masuk dalam roapmap yang telah disiapkan. Yakni, kuliner, kriya dan fesyen. Selain itu juga ada subsektor lokomotif, sisanya 12 pendukung. Secara bersama sub sektor ekraf ini akan diperluas.
“Kita juga sedang siapkan aplikasi untuk pendataan ekraf. Karena pendataannya susah. Misalnya ada kuliner rendang, ada produknya ada yang memproduksinya jelas. Tapi bagaimana dengan ekraf seperti arsitektur karya punya diri sendiri. Musik yang berkarya sendiri. Ini perlu pendataan,” terangnya.
Luhur Budianda mengungkapkan, data tahun 2022, ada 1.944 pelaku ekraf di Sumbar. Tahun 2023 meningkat menjadi 2.469 pelaku ekraf. “Untuk mendatanya, perlu pendataan secara digitalisasi. melalui handphone sudah bisa pelaku ekraf mendaftar dengan memasukkan data pribadi dan produk mereka. Kita juga bisa masukkan ekraf dalam E Catalog pengadaan barang ajsa, sehingga bisa meningkatkan perekonomian pelaku ekraf,” terangnya.(fan)
